Followers

Sabtu, 25 Februari 2012

Galau dan Rencana Hebat (Peri Kertas Leviroz Part 4)


Biya memandangi layar ponselnya sejak 20 menit yang lalu. Hanya terdiam, mengetik kalimat-kalimat yang ingin ia tulis untuk Dyos. Namun setelah beberapa kalimat, tulisan itu ia hapus kembali. Menulis kalimat-kalimat yang lain, namun kembali di hapus. Begitu saja terus-menerus. Pikirannya galau.  Otaknya bertanya-tanya. “Kenapa dia?”. Selalu saja seperti ini. Di buat menunggu dan khawatir. Dibuat seolah tak ada dan bukan siapa-siapa.
Tiba-tiba terdengar lagu 2NE1-Im The Best dari ponsel Biya, pertanda ada sesorang yang menghubunginya. Mata Biya kemudian tajam-tajam melihat siapa nama yang meneleponnya itu. Tapi kemudian ia menghela nafas baru kemudian menjawab panggilan telepon, “ya Der, knapa? Gue lagi ga enak badan. Ga ada di kosan gue. Lagi balik ke rumah”
“Biy, ayolah please..kali ini aja gue minta tolong. Please banget. Habis ini selesai, gue janji ga bakal ke kosan lu lagi deh kalo di larang” Deri mohon-mohon.
“tapi gue lagi ga enak badan Der. Gue lagi di rumah. Kenapa ga langsung aja sih lu lancarin aksi lu itu. Pake minta bantuan gue segala. Pokonya terserah ya, kalo lu tau rumah gue, datangin aja. Wlee!!” jawab Biya kesal karena memang sedang Badmood
“Biy, bukain gembok gerbang kosan dong. Nih gue udah di depan kosan, liatin lu lagi duduk di ayunan.Hahaha..ketauan lu boong ma gue. Udah buruan buka gerbangnya!!! hihiwww” Deri tertawa kegirangan melihat Biya yang tertangkap berbohong di depan mukanya.
‘arrggghhh sialll’ Biya mengomel dalam hati. Wajahnya berkerut seperti jemuran belum disetrika. Langkahnya seperti dipaksa, dan kepalanya hanya menunduk menahan Bete nya yang mungkin sudah di ujung bulu mata.
“kampret lu..sini masuk!!!” Ajak Biya ketus.
“hehehe..ma’acihh dede Biya. Uuhh makin lucu deh kalo lagi marah gini. Kucikucikuuu..cup cuuup” Deri malah menggoda  Biya seperti balita dengan wajah konyolnya, dan ajaibnya..Biya yang sedang seperti singa, tiba-tiba menjadi kucing yang tak kuat menahan tawa karena melihat wajah bodoh Deri.
“hahaaha..gila lu Der, parah lu. Ga kuat gue nahan-nahan ketawa. Akhirnya tumpah semua deh”
Di kamar kosan Biya, mereka berdua tampak hendak serius menyusun strategi. Selembar kertas A4 dan spidol warna pink sudah siap diantara mereka. “oke, Lu mau mulai darimana?” tanya Biya
“Gue pengen start dari Ciwalk, gimana? Oke ga?”
“oke sipp. Disini gue berperan jadi sutradara dan penulis naskah. Lo ikutin apa yang gue arahin, oke” Wajah Biya tampak sangat serius, seperti sutradara saat sedang memulai syuting. Deri pun sama seriusnya, dan hanya menjawab perintah Biya dengan anggukan. “ Sekarang lu telfon anak Cheers, suruh mereka stop latihan jam 4 besok. Bilangin aja, kata Biya!!! Lo ngerti kan maksud gue?”
“hemmhh” Deri mengangguk.
“oke bagus!. Yang kedua, balik dari sini lu harus belanja ke Supermarket, dan ini daftar yang harus lu beli. Tulis tulis buruan..gue males nulisnya” perintah Biya sambil menyerahkan kertas dan spidol ke dekat kaki Deri. “Cokelat ayam jago..”
“ loh?? Kok cokelat ayam jago sih?”
“heh, lu percaya ga ama gue, katanya lu mau nurutin sutradara. Gimana sihh??”
“iya dehhh..ibu sutradara” Deri menyerah dan kembali menulis.
“terus lu beli kertas warna yang kecil satu pack, glitter warna silver n pink yang ukuran kecil, lem, gunting, kertas kado yang motifnya kuda..”
“hah?? Motif kuda? Kenapa harus kuda sih?? Susah gilaaaaa”
“pokonya cariii..gue ga mau tau”
“alien dasar luuuu..huuu”
“emang..wleeee. lagian lu yang mengaku manusia malah minta bantuan alien, ya gini nih akibatnya.hahahaha”
Mereka berdua tertawa. Dan masih terus menyusun rencana. Entah rencana apa yang sebenranya mereka buat. Barang-barang itu tampak benar-benar dipersiapkan. Strategi dahsyat di tulis dengan sangat rapih dan unyu dalam selembar kertas A4 dengan tulisan dan gambar-gambar berwarna pink.
Kedatangan deri itu membuat Biya sementara waktu lupa akan kegalauannya pada Dios yang sampai sore hari tak kunjung memberi kabar sama sekali. Entah Dios ada dimana dan sedang apa. Tapi yang pasti, besok pagi adalah waktunya Dios berangkat ke Bandara untuk segera kembali ke Surabaya. Untuk waktu yang sangat lama.
“Biy, gue balik ya. Thanks buat skenario besar nya ya” Deri berpamitan sambil mengikat  tali  sepatu cats nya.
“hemmh, oke sip. Besok jangan lupa, lu hubungin Mytha, suruh Doi sms gue kalo udah sampe Pasteur, dan lu siap-siap bawa semua property jam 10 ya. Gue ingetin sekali lagi, jangan ada satupun peralatan perang kita yang ketinggalan, okeee calon alienn??!!”
“siap Bos alieeenn..gue balik dulu yee, jangan galau lagi lu. Kecut banget liatnya ga enak. Hahaha”
Ternyata kalimat terakhir Deri itu membuat Biya malah teringat Dyos yang sampai saat itu tidak memberi kabar sama sekali. Saat Biya menutup pintu kamarnya, segeralah dia membuka ponselnya, berharap ada pnggilan tak terjawab, atau sms masuk yang belum terbaca. Dan ternyata….Nol.
Akhirnya Biya memberanikan diri, membuang jauh-jauh harga dirinya untuk membayar kekhawatiran dan rasa penasarannya akan keberadaan Dyos. Ia mencari nama Dyos di daftar kontak, dan kemudian menekan tombol hijau…
“halo Dyos..”
“ya Biy? Knapa?”
“hemmh? Kenapa? Kamu tanya kenapa?!!”
“iya, kenapa Biy? Kok telfon?”
“….” Biya seperti menahan amarah, dan dia hanya terdiam
“halo Biy..halo..kok nelfon malah diem?”
“Dyos, sebenernya kamu merasa ada yang aneh ga sih sama kita?”
“maksud kamu?” Dyos seperti tak mengerti
“iya sama kita. Kok aku ngerasa ada yang ga beres yah sama aku dan kamu”
“bentar..bentar…aku bener-bener ga ngerti. Kamu kenapa sayaaaaang?”
“kamu ga merasa ada yang aneh?”
“engga..semuanya baik-baik aja. emang kenapa?”
“ Setelah seharian ini kamu cuekin aku, ga ngasih kabar sama sekali dari kemaren, kamu ga nepatin janji kamu kemaren buat jalan, dan ga kasih konfirmasi atau minta maaf apalah, dan besok kamu harus balik lagi ke Surabaya. Masih mau bilang kalo semuanya baik-baik aja??” Tiba-tiba semuanya tumapah, apa yang ada di hati Biya. Semua kegalauan yang sempat menyumbat pembuluh darah di otaknya.
“ Biy..tapi aku..”
“tapi apa? Kamu mau bilang kamu sibuk? Handphone kamu mati, ketinggalan atau apa? Kamu mau bilang kalo aku salah paham dan terlalu kebawa emosi? Iya gitu? Apa??” Biya sudah semakin emosi. Nada bicaranya lembut, tapi menusuk. Dan itu tepat di dada Dyos dan membuat Dyos speechless.
“By..maaf. Maafin aku. Iya aku tau aku salah. Tapi semuanya panjang buat dijelasin di telpon. Dan Mungkin kamu ga akan percaya dengan apa yang baru aja aku alamin. Please percaya ama aku, aku bakal jelasin semuanya. Dan kita butuh ketemu. Sekarang aku ke kosan ya?”
“kenapa sih yoos?? Kamu sering banget bikin aku nunggu, galau, stres. Kamu sering banget nyiksa aku” Biya tiba-tiba menangis. Suaranya tiba-tiba menjadi berat. “yawdah kamu kesini buruan!”
“jangan nangis dong sayang, maafin aku ya. Tunggu aku disitu, aku berangkat sekarang oke” Dyos meredam semuanya.
Di kamar kosan pink itu, Biya masih terisak. Menghela airmatanya dengan tissue. Dan kemudian menulis di buku Leviroz. Tentang kegalauannya, kesedihannya, ketakutannya, dan cerita skenario besar yang ia buat dengan Deri.

2004, 26 Agustus
Peri baik,
hari ini seperti langit malam yang hujan. Aku galau seperti biasanya. Seperti aku yang selalu mengeluh karena merasa diabaikan. Tapi hari ini aku udah melkukan hal gila. Membuat skenario hebat buat besok. Ya buat bantuin Deri tuh..dan aku yakin, bakal jadi strategi paling dahsyat. Dan mungkin level alien ku bakal naek. Hehe..Peri, bentar lagi Dyos dateng. Aku titip airmata ku dulu bentar ya. Aku ga mau nangis lagi di depan Dyos. Jaga rahasia kita oke.hehe :D

  ***

Jumat, 10 Februari 2012

Peri Kertas Leviroz Part 3




 oh ya guys, gue baru inget kalo postingan peri kertas leviroz part 3 nya belum di publish, udah maen part 4 aja nih. hihi this is it, seri pendek part 3 nyah.

Sore
Bandung, Agustus 2004

Dyos disibukkan dengan kerjaannya yang seabreg. Ponselnya dibiarkan tergeletak di laci meja kerjanya. Berkali-kali ponsel itu berdering, tapi Dyos tak menghiraukannya. Pikirannya terfokus dengan pusaran lembaran-lembaran sketsa yang harus dia gambar ulang untuk bahan film animasinya kali ini. Jobnya kali ini memang cukup besar. Dan mungkin yang paling besar. Kontrak 50 episode yang nantinya akan di  siarkan di salah satu stasiun teve besar menjadikan Dyos merasa tertantang dan memiliki tanggung jawab baru. Dan pastinya, Dyos semakin tidak punya waktu untuk segala hal selain kerjaannya itu, termasuk Biya.
Sudah hampir 25 panggilan telepon dan 12 sms dari Biya berlalu begitu saja. Dyos lupa dengan janjinya untuk pergi sore itu dengan Biya. Job barunya itu menyita hampir seluruh perhatian dan konsentrasi Dyos. Sedangkan nun jauh disana, Biya mendadak menjadi galau. Perasaannya campur aduk. Antara kesal, sedih, khawatir, serba salah, teraduk dalam hatinya. Biya masih saja memandangi layar ponselnya sambil duduk di kursi beranda rumahnya. Disebelahnya hanya ada kucing yang sedari tadi tertidur di meja.’kemana Dyos? Kenapa telfonnya ga ada jawaban sama sekali?’ .
###
Wajah Biya semakin kusut. Sudah satu jam lebih dia terus menunggu. Hingga akhirnya ia menyerah dan memutuskan untuk berhenti menunggu. Kemudian ia langsung menelepon Kian,
“Kian lo dimana sekarang?” Tanya Biya to the point.
“heh, salam dulu kek. Assalamualaikum bebeeeekk.hehehe..knapa lo nanya gue ada dimana? Lo lagi jalan ama Dyos kan?
“waalaikumsalam marmuuuutt..ga usah nanya-nanya gue dulu sekarang. Pokonya jawab gue, lo ada dimana sekarang? Gue mau nyulik lo”
“buset dah..ada ya orang mau nyulik bilang-bilang dulu. Stresss lo. Pasti ada sesuatu nih. Heh bebek, cerita..aahh..cerita!” Kian ngerengek.
“gue ga mau ngomong banyak ama lo sekarang di telpon, pokonya gue jemput lo sekarang. Lagian tadi pagi lo ngajak gue jalan kan? Yaudah kita jalan sekarang!! Gausah banyak ba bi bu lagi.” Kali ini Biya sudah tidak mau banyak bicara lagi. Hatinya sudah sangat penat menahan kesal karena harus menunggu.
“iya deeeh iyaaa. Dasar Bebek lo..galak bener! Jemput gue di markas sekarang.oke beb?”
“oke, 5menit lagi gue nyampe”
Biya tak hanya basa-basi. Ia langsung beranjak tancap gas dengan motor matic merahnya. Tak dengan kecepatan yang biasanya. Karena sekarang emosinya lah yang mengambil alih kemudi, hingga membuat kecepatan motornya itu belipat lebih kencang dari biasanya.
###
Tepat 5 menit kemudian Biya tiba di markas. Sebuah ruang berukuran 6x6 yang dindingnya penuh tempelan warna-warni. Hanya Biya dan Kian yang menyebutnya markas. Sebuah ruang besar yang bersebelahan dengan salah satu restaurant milik ayah Kian di Bandung. Dan semenjak mereka memutuskan menjadi sahabat, ruang itu paten menjadi milik Kian, dan tentunya saja Kian menganggap itu adalah milik mereka berdua, Kian dan Biya.
Biya tiba-tiba masuk tanpa salam dan mengetuk pintu..
“ayo, buruan kita cabut!” ajak Biya tiba-tiba dengan wajah kusut, sambil berjalan masuk dan kemudian menjatuhkan tubuhnya di sofa balon sudut ruangan.
“iihh..ni anak ya, bukannya asalamualaikum, malah tiba-tiba ngajak cabut. Muka lo tuh setrika!!”
“Assalamualaikuuuuuuuummmm juragan….” Sahut Biya panjang,
“nah, gitu dong. Jadi bebek babu tuh lo harus sopan dan terhormat.hahahaha..”
“marmot loh..bete gue” Biya menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Seperti menahan emosi. Dan lekas ingin menumpahkannya di depan sahabatnya itu.”kesel gue sama Dyos. Tapi gue juga khawatir. Dia dimana ya? Lagi apa ya? Kok telepon gue ga diangkat ya? Sms gue juga ga di bales” Biya begitu memelas. Seprti ingin menangis.
“jiahhh..bukannya itu udah biasa ya buat lo?haha. nyantai aja Biy, paling juga dia lagi sibuk, atau mungkin hapenya ketinggalan di rumah.ntar malem juga pasti dia ngasih kabar”
“tapi masalahnya sore ini dia punya janji. Kita mau jalan. Lusa Dyos udah harus balik lagi ke Surabaya. Terus waktu buat gue kapaaaaann?” Biya menumpahkan ke galauannya. Tiba-tiba airmatanya menetes, membasahi pipinya yang memerah karena emosi. Wajahnya tampak lucu karena tangisannya seperti anak kecil.
“aduh Biyaa..Biyaa. Gue bingung harus ngomong apa. Gue turut berempati sama lo. Tapi ijinin gue buat ketawa dulu sebentar boleh??” Kian menahan tawa
“kok lo malah mau ketawa sih? Part mana yang lucu?” Biya bertanya bingung.
“ coba deh lo ngaca, tangisan lo kali ini lucu bangettt.. kayak keponakan gue kalo nangis gara-gara ga dibeliin mainan di mang o’e-o’e(2.hahahahaha” Kian puas tertawa mengejek tangisan Biya yang memang sangat lucu.
“aaahhh…jahat. Kian jahat…! Mau eskrim aaahh! Ayo beli!” Biya merengek mengusap air  mata sambil setengah menahan tawa. Dia berdiri di depan Kian. Dengan bibir serupa bebek.
“huuu..dasar bebek, mbe jelek…yaudah ayooo cuss..!” Kian mengiyakan ajakan Biya. “kemana? Ciwalk? Lo traktir gue ya..kan lo yang ngajak”
“oke gue yang traktir, kalo sistemnya yang nraktir itu yang ngajak. Tapi seinget gue, tadi pagi lo yang ngajak gue jalan. Jadiii…lo yang traktir gue. Horeeeee….” Biya loncat-loncat kegirangan. Menari-nari seperti komedi putar. Dan Kian, hanya terdiam dengan alis matanya yang terangkat sebelah. Seperti orang bodoh yang sedang berfikir karena bingung.
###

nyang lain niihh..