Followers

Minggu, 29 Januari 2012

Jupri Si Cewe Ajaib

Hai guyss...dah lama gue ga menjamah blog gue yang nampaknya udah penuh sarang laba-laba nih. kangen banget jadinya. Ya emang kesibukan gue yang bikin waktu 24 jam berasa kurang seharinya, so bikin gue ga sempet negokin nih blog. hiks..hiks....T_T

oke, kali ini gue bakal cerita tentang cewe ajaib masa kini. cewe pinter, penuh ekspresi, inspiratif, bombastis, mutakhir, n pokonya ngartis abeeessss. Spesial gue dedikasiin buat sahabat gue tercinta Jupriii love u so much..hehe

Pagi itu di kampus, gue yang baru masuk kelas tiba-tiba tertuju ke arah salah satu meja yang suaranya sedikit merusak ke senduan pagi. perlahan mata gue bergerak naik, sepatu cats, celana jeans, kemeja, dan jilbab...owww, ternyata suara bising berkekuatan dasyat itu berasal dari wanita super bernama Jupri. ya, dia emang istimewa. Cewe bertalenta entertainment ini emang khas banget dengan gayanya yang selengean, cuek, ngeksis, manja ganas, dan laen laen daaahhhh panjang bener pokoknya. Hampir tiap hari dia bisa mengalihkan pandangan semua orang, dan semuanya tertuju padanya.



Jupri suka jadi inspirasi buat milih lagu. Coz dia sering banget puter or nyanyiin lagu yang sebelumnya belum jadi sorotan. Karena keseringan nyanyiin lagu yang sama, walaupun dengan nada yang hampir bikin pendengarnya ga tau itu lagu siapa karena notnya hampir separuhnya di luar not aslinya n bikin penasaran tentunya. Kadang doi suka nyanyi nyanyi sendiri dengan lirik yang sesuka jidatnya aja keluar, dan tentunya itu bikin ngakak.haha

Pernah di suatu hari yang kelabu. Jam mata kuliah mekanika rekayasa. Gue dan temen2 lain udah pada nongkrongin gedung A buat masuk jam mata kuliah itu. Tapi karena kelasnya penuh, alhasil kita harus ngungsi ke kelas baja yang ruangannya lumayan jauh n deket ama Pujas (surganya mahasiswa). Saat itu pas banget dengan dosen yang spesial, Mr.Syam.

Semua mahasiswa masuk. Suasana sedikit mencekam. Masing-masing mahasiswa sibuk nurunin kursi yang masih nungging di atas meja. kemudian...
" ga usah berisik" bentak Mr.Syam ke seluruh penjuru kelas. Tapi ga semua mahasiswa konsen n denger bentakkan Mr.Syam. Dan yang beruntung buat ga denger saat itu adalah Jupri.
" BODO.." celetuk Jupri, menjawab guyonan Ndut dan ga sadar kalo Mr.Syam mendengar dan mengira kata BODO itu untuknya. Semua mata tertuju ama Jupri dan celetukkannya.
Mr.Syam naik pitam.
"siapa barusan???" mata melotot ampir keluar, kedua tangannya di pinggang, udah siap buat nelen orang aja dah pokonya. Mr.Syam mendekat ke arah Jupri
"hehhhh...ngga pa" jawab Jupri membela diri. Mukanya ketakutan. Jantungnya disko dan sebentar lagi bersiap untuk meledak.
"KELUAR KAMU!!" nada tinggi Mr.Syam meluncur tepat di muka Jupri.
"tapi pa..saya..." muka Jupri semakin menciut, darahnya seperti berhenti, denyut nadinya mendadak mengalir tak beraturan. Tapi sayang..kalimat dan ekspresi apapun yang nampak dari wajah Jupri tak berpengaruh apapun pada emosi Mr.Syam yang semakin tak terkendali. Mr.Syam tiba-tiba mengangkat kursi yang ada di depannya, dan kemudian "KELUAR SAYA BILANG!!!!!!!!" kursi itu hampir saja di lemparnya ke arah Jupri yang masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Semua penghuni ruang itu terdiam. Hanya bisa manyaksikan yang terjadi, berfikir ulang dengan apa yang sebelumnya dilakukan Jupri sampai Mr. Syam meledak-ledak seperti petasan kawin. tapi akhirnya, Jupri mengalah keluar. Ia masih terus berfikir, dan berharap Mr.Syam segera mengetahui kalo sebenernya semua itu salah faham.

hahahahahaha...itu emang adegan paling ekstrim dan paling heboh di kelas. Apalagi adegannya terjadi saat gue baru ssemester satu kuliah. its true story. dan ini adegan pahit yang dijadiin sweet memories buat Jupri dan temen-temen semua. Iya ga Jupz????hehehehehe

Jupri oh Jupri...kadang gue suka bingung. Kelakuan doi yang kayak anak cowo, gimana yah kalo jatuh cinta, atau bahkan pacaran.hahaha...suka ketawa sendiri aja gue ngebayanginnya. Jupri yang punya cita-cita pengen jadi artis ini emang kayaknya tabu banget buat curhat masalah cinta. Dan emang dia pinter banget ngalihin atau ngebalikin pembicaraan klo lagi ngomongin cinta cintaan.

Kdang gue suka mikir..kayaknya Jupri lebih cocok jadi komentator daripada artis. Gimana ngga coba, tiap kali kita lagi ngapain, doi selalu usil ngomongin orang yang ada disekeliling kita. Lagi di Pujas lah, Cinomart, kelas, pokonya dimana pun doi pasti usil. N dia juga ga tanggung-tanggung buat komentarinstyle temen-temen yang di kenal atau ngga dikenal. Dan salah satu korban yang beruntung dapet komentar pedasnya adalah Kumen. hahaha..Jupri yang tiba-tiba liat Kumen datang dengan penampilan seadanya gaya Kumen, celana biru bladus, kaos juga bladus, sepatu cats ala skater, rambut kusut.
"hay cewe-cewe.."
"Men, lu kucel banget sih. Yang rapih atuh iihhhh" To the point dengan suara nyaring seperti pake toa, dan terdengar oleh semua cewe yang ada di lokasi termasuk orang yang melintas di depan gedung A.
"ya biarin atuh, suka-suka gue" gondok bangetttt....hahahahaha

itu salah satu contohnya..tapi yang lebih ekstrim banyak juga sih. tapi kalimat awalnya pasti bilang gini
"eh..eta tingali etaa...arah jam......" hihihi. sinyal usilers. dan kita pasti ikut-ikutan usil jadinya. hahaha

haduh masih banyak lagi cerita tentang Jupri yang masih belum bisa gue ceritain. Cukup segini dulu aja deh ya. Pantengin terus blog gue. Cekidooooooottt.

Kamis, 12 Januari 2012

Peri Kertas Leviroz Part 2

PART 2,

Bandung, Agustus 2004

Ruang kamar Biya dipenuhi suara berisik alarm yang sudah 20 menit yang lalu tak berhenti berdering dari ponselnya yang tersimpan disebelah bantal, dan tepatnya begitu dekat dengan telinganya. Tapi Biya tak kunjung beranjak bangun dan membuka mata.
Biya yang masih setengah terbangun, mendengar suara alarm itu seperti suara soundtrack pengiring kengantukkannya pagi itu. Biya membuka setengah matanya, mendengar alarm itu dan kemudian menarik selimut tebal yang turun tak menutupi tangannya kembali ke atas. Berulang-ulang seperti itu. Hingga akhirnya..

“Biyaaaa…heeyy, bangun woooyyy. Berisik banget sih alarm lo. Kedengeran ampe kamar-kamar yang lain tuh. Ayo-ayo bangun Biy. Udah jam setengah 6 niihh. Lo belum shubuh tuh. Ayo bangun pemalas!!!” Seru Kian dengan suaranya yang merusak kenikmatan tidur Biya. Dia sahabat Biya yang kamar kostannya bersebelahan dengan kamarnya.
“Aduhh..Kian, masih ngantuk” Biya hanya sebentar membuka mata, dan merubah posisi tidur.
“iihh, gila lo ya. Tuh Malaikat udah mau nutup daftar orang-orang yang sholat shubuh hari ini. Katanya pintu sorga udah mau ditutup. Gue ga mau tau ya, kalo entar gue masuk surge duluan dan ngedadahin Lo dari dalem, pokonya jangan panggil-panggil gue pas gue lagi di surga nanti” Kian ngancem ama cerita yang biasa mereka sebut-sebut setiap waktu. Dan memang kalimat-kalimat itu membuat Biya dan Kian selalu bersemangat sholat.
“iihh, ogah deh gue cuman liat lo dari luar gerbang surga. Malaikat, tunggu bentar yah. Aku mau ke kamar mandi, wudlhu dulu bentar” Akhirnya Biya buru-buru beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Dan Kian hanya tertawa melihatnya berlalu.

Dia Kian sahabat Biya sejak SMP. Mereka memang memiliki latar belakang yang berbeda. Kian berasal dari keluarga berkecukupan dari kota Jakarta. Ayahnya seorang Wirausaha yang kini tengah mengembangkan bisnis makanan siap saji ala Jepang, dan sudah memiliki puluhan cabang di beberapa kota di pulau Jawa.
Sementara ibunya adalah seorang designer handal yang memiliki beberapa boutique pribadi di Bandung. Kian bukan anak tunggal, ia memiliki adik yang kini duduk di bangku SMA.
Adiknya bernama Reyfan. Tapi orang-orang lebih sering memanggilnya Rey. Rey tinggal di Bandung bersama ibunya, dan bersekolah disana. Sementara ayah Kian tnggal di Jakarta dan sibuk dengan bisnisnya yang berpusat di daerah Jakarta, tepatnya di daerah Jakarta Selatan. Tapi anehnya, semenjak kuliah Kian tidak mau tinggal bersama Ibu ataupun adiknya. Ia memilih untuk kost dan hidup mandiri. Walaupun ia sebenarnya di tunjang dengan fasilitas yang dapat ia miliki semaunya, tapi ia lebih suka tinggal di kost-kostan biasa saja, dan berdekatan dengan Biya. Dia memang sahabat dekat Biya. Dan dia sudah menganggap Biya sebagai keluarganya sendiri.
“eehhh..bebek gembul udah solatnya?” Tanya Kian sembari mengejek.
“oohh, udah dong embe(1 ku sayang.hehe” Jawab Biya balas mengejek sambil tertawa kecil.
“ntar siang pulang kuliah jalan yu. Balik jam berapa lo ntar?” ajak Kian.
“hemmh, ntar deh gue tanya Dyos dulu. Kalo ga salah kemaren dia pengen ngajakin cari Ipad. Soalnya lusa dia mau balik lagi ke Surabaya” jawabku sambil membereskan selimut dan bantalku yang tak beraturan karena ulah ku yang tak berhenti bergerak saat tidur.
“yaaahhh, gitu ya. Hemmh, coba gue punya cowok ya. Pasti gue udah ngajakin cowok gue deh jalan-jalan” Kian kecewa. Wajahnya berlipat-lipat. Pertanda ia gundah. Kepalanya disandarkan pada kedua tangannya yang dilipat diatas meja komputer.
“ya salah lo sendiri sih, udah berapa cowok lo tolak dan tinggalin dengan alesan bilangnya ILLFEEL. Hemmh, kerasa kan lo sekarang. Ga punya cowok tuh ga asik. Hahahahaha” Biya tertawa.
“ah dasar lo. Tapi bener juga sih. Hihi” Kian menyadari kalau pendapat Biya benar.
Tiba-tiba ponsel Kian berbunyi. Dan tertulis nama Fika di layarnya. Kian terdiam beberapa lama. Membiarkan ponselnya terus-terusan berdering. Biya keheranan. Menyuruh Kian mengangkatnya. Tapi wajah Kian tampak malas dan tak suka dengan panggilan telfon dari Fika. Raut wajahnya mengerung. Tapi Biya terus mendesaknya untuk mengangkat dan bicara.
“Hey, ayo angkat” Biya berbisik. Hingga akhirnya ia beranjak dari duduknya dan keluar dari kamar Biya untuk mengangkat panggilan di ponselnya. Biya hanya menghela nafas panjang dan menggelengkan kepala melihat kian berlalu dari kamarnya.

Rabu, 04 Januari 2012

Peri Kertas Leviroz

"Oke guys... kali ini gue mencoba buat posting cerita imajinasi gue sendiri. Ini kisah bersambung pertama gue yang gue publikasikan. Karena masih belajar, jadi banyak kalimat atau penggunaan kata yang ga enak di baca. Tapi...yaaaa, nikmatin aja deh yeee.hehehe. CEKIDOOOTTTTTT"


Peri Kertas Leviroz 

Ini sebuah kisah, yg terinspirasi dari kisah nyata. Tentang seorang perempuan, yang berusaha untuk mempertahankan jalan cerita cintanya, hingga ia ternyata menemukan jalan cerita lain tentang hidupnya. Ia kemudian menulis script hidupnya dalam buku Leviroz. Buku yang selalu menjadi saksi jalan tulisan hidupnya. Dan ia percaya, buku itu dijaga oleh seorang peri kertas. Dan dengan tinta airmata,dan tulisan takdir, akhirnya ia berhasil menyelesaikan tulisannya itu di lembar terakhir buku tersebut.Dan ini bukan sekedar kisah cinta, tapi ini tentang kisah hidup.

SELAMAT MEMBACA…

PART 1
(Lembar dari Leviroz)
2004,13 Agustus____
Kala itu, langit tampak menjadi kelabu. Aku hanya diam, dan berkali-kali melihatnya dari jendela. Menunggu sesuatu menjadikan terang. Sesuatu yang dapat membuka gundah dalam dingin. Aku mengharapkan datangnya kata-kata. Muncul dari layar tak bicara. Walau hanya sekedar beberapa kata. Tapi aku menunggunya.
Berhari-hari ku bertahan tanpa jawaban. Tapi selalu ada dia dalam setiap pengharapan dan doa. Kulihat gambarannya dalam lembar kertas di sela buku catatanku. Aku tak pernah meninggalkannya. Setiap hari, ku selalu ingatkannya makan, sholat, pergi ke kantor dan kalimat2 lainnya. Aku tak merasa susah dengan itu. Karna itu pilihanku.

2004, 21 Agustus____
 Aku bertemu dengannya. Kita pergi ke tempat dulu kita pernah berbagi cerita, berbagi kisah, dan berbagi cinta. Aku tak henti tersenyum duduk di sampingnya. Bagaimana cara dia melihat langit, bagaimana cara dia berbicara. Aku suka semuanya. Ia menceritakan tentang kesuksesannya. Bagaimana dia telah membuat karya-karya visual, yang kemudian menjadikan dia semakin hebat dalam bidangnya.
Malam itu aku memang lebih banyak menjadi pendengar. Terdiam dan memperhatikan ia terus bercerita. Sesekali aku tertawa dan tersenyum mendengar ucapannya. Tapi terkadang aku hanya diam dan tertunduk.Tapi hari itu aku begitu bahagia. Karena dia..ya hanya karena dia.

aku senang dengan pekerjaanku Dios tersenyum menatap langit
ya, aku tau aku pun tersenyum.
Suatu saat nanti, kalau memang kita ditakdirkan untuk hidup bersama, aku pengen bawa kamu ke suatu tempat, dan kita bisa tinggal disana
hemmhh..? aku tersenyum penuh Tanya
yaa, itu impian aku. Bahkan kita berdua pun ga akan pernah tau jalan hidup kita kedepannya seperti apa. Masih tetap seperti ini kah? Atau mungkin, suatu saat nanti kita melihat orang lain disamping kita. Bukan aku, atau kamu ia menatapku sebentar, dan mengusap kepala ku perlahan.
hemmh..aku takut aku tertunduk, dan tanganku memainkan rumput yang menjuntai di hadapanku, tiba-tiba suasana menjadi meredup aku takut ngehadepin waktunya nanti. Saat Tuhan menentukan kalau kamu bukan tulang rusukku. Atau aku bukan takdirmu. Aku takut..
Kemudian tangan Dios bergerak menuju tanganku. Seperti berusaha untuk menenangkanku. Tangannya menggenggam tanganku. Begitu hangat dan erat. Kita tak saling menatap, tapi aku tau..dia melihat kedua mataku yang sendu.
Tuhan punya caranya sendiri untuk mengatur takdir manusia. Kalau Tuhan memang takdirin kita buat ga sama-sama lagi, aku percaya..kalau Tuhan udah nyiapin pangeran baik hati yang bakal nemenin kamu, dan bantuin kamu buat lupain aku. Percaya deh
Tapi aku ga yakin aku kuat buat ngehadepinnya. Aku takut YosAku takut ga sanggup buat semuanya, saat aku sadar, kamu udah ga ada disamping aku lagi. Selama ini aku selalu berusaha kuat, walau kamu jauh dari aku, kamu jarang ngehubungin aku, kamu ga seperti pacar temen-temen aku yang perhatian, romantis, bisa nemenin kemana-mana, selalu telfon saat sebelum tidur, kirimin kalimat-kalimat romantis setiap kali sms atau BBM, yaa..kamu ga kayak gitu. Tapi aku bisa nerima itu. Aku bisa
Tiba-tiba kami terdiam beberapa waktu. Dyos meneguk air mineral yang tersandar di samping kakinya. Kemudian menghela nafas hingga terdengar olehku. Ia tampak seperti menahan sesuatu, bingung ingin bicara apa, dan aku pun sama
maafin aku selama ini ya, karna udah bikin kamu sedih. Maaf. Makasih ya, udah bisa nerima keadaan aku yang kayak gini. Ya, emang sifat aku kayak gini, dan itu bikin kamu sakit. Maaf ya Dyos tersenyum menunduk menatap ke wajahku, berusaha agar aku mau melihat matanya
iya, ga papa kok
aku juga takut kehilangan kamu. Kamu tuh sabar banget ngehadepin aku. Aku heran aja, selama ini kamu ga pernah marahin aku. Hehehe..pacarku sabar banget yaa, gemes deh Dyos memecah keseriusan kami sambil mencubit pipiku yang bulat dengan kedua tangannya.
iiihhhhkamu tuh ya. Sakit tauuuu…” kami berdua tertawa, suasana malam itu berubah penuh tawa. Ya, aku bahagia.
Setelah 3 jam kami mengahabiskan waktu bersama, akhirnya kami berdua pulang. Dyos segera menghampiri motornya yang terparkir tak jauh dari tempat kita duduk. Aku berjalan menuju sisi jalan, untuk menunggu Dyos mengambil motornya.
Yuu..naek Ajak Dyos. Dan aku mengangguk sambil menaiki motor Dyos.
Sepanjang perjalanan kami pulang, tak banyak pembicaraan yang kami lakukan. Aku lebih sering terdiam. Dyos pun seperti konsentrasi dengan jalanan dan kemudi motornya. Tapi malam itu sangat dingin. Aku yang tidak menggunakan baju hangat, mulai kedinginan. Tanganku seperti dibekukan dalam mesin pendingin. Tubuhku bergetar terkena angin malam di tengah perjalanan. Dyos tampaknya merasakan aku bergetar kedinginan.
Kenapa? Kamu kedinginan ya Biy? Tangan kamu dingin banget Tanya Dyos, sambil memegang tangan ku yang menempel di samping pinggangnya.
Hemmh, ngga kok
hah? Engga gimana. Daritadi juga aku tau kamu tuh gemeteran. Suara gigi kamu yang kedinginan juga kedenger kaliii. Sini tangannya Dyos kemudian mengepalkan tanganku di salah satu tangannya. Aku merasa hangat. Walau tak sepenuhnya. Tapi Rasa dingin itu menjadi terlupa tiba-tiba. Aku tersenyum di belakang punggung Dyos. Menyadari di sepanjang perjalanan itu tangan Dyos tak henti menggenggam tanganku.

nyang lain niihh..